Sastra

CONTOH PUISI

 
Sajak Petani Kota
Oleh : Zaenul Fauzan
Ku buka mata pikiran dan hati
Terjaga dari bayang semu negeri ini
Terbangun oleh kicau besi berasap
yang membisingkan telinga
Kutatap keluar pagar..
Para petani kota mulai menyapa
Memanggul bukan cangkul tapi kertas bersampul
Menuju ladang hitam mereka
Mulai menanam padi baja di tanah gusuran LAGI
Iklan
LAPORKAN IKLAN INI
Iklan
LAPORKAN IKLAN INI

CERPEN “SUDAH”

 
Aku melihat Yusrina sedang tekun membaca buku catatan. Ia terlihat serius belajar. Tas, buku ada di sisinya, di bangku halaman belakang gedung perpustakaan SMA kami. Setelah terdengar bel, bebrapa saat kemudian suasana mulai sepi. Aku mendekatinya.
“ Sudah lama?”, tanyaku.
“ Sudah! “ , jawabnya dengan suara acuh tak acuh. Kemudian aku duduk di sampingnya.
“Tentu saja. Tadi kau tidak ikut pelajaran yang keenam . “ kataku dengan santai.
Aku membuka buku catatanku dan meneruskan kata-kataku
“ Pak Hadi tadi juga menanyakan kamu. Lalu, teman-teman menjawab sekenanya. Kau pulang lantaran sakit perut.” Aku terdiam beberapa saat. LAGI

Contoh Teks Pidato Singkat

 
Assalamualaikum Wr.Wb
Yang terhormat Bapak Kepala SMA N 2 Wonosari, Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati serta teman-teman yang saya cintai.
Marilah dalam kesempatan ini kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya kepada kita, sehingga dapat berkumpul pada kesempatan ini tanpa kurang suatu apapun. Terimakasih pada Bapak Guru yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk menyampaikan pidato ini.
Betapa ingin rasanya hidup di tengah masyarakat yang maju. Bayangkan saja jika orang-orang di sekeliling kita memiliki cara berpikir modern, artinya berpendidikan, lingkungan sehat, ekonomi memadai dsb. Gambaran seperti itulah yang menjadi dambaan setiap orang , sekaligus merupakan ciri dari masyarakat yang berkualitas. Apakah kehidupan tersebut dapat terwujud ? Tentu saja bisa! Mengapa tidak? LAGI

Contoh Unsur Intrinsik Cerita Rakyat

 
Judul Buku  : Batu Bagaung ( Kalimantan Tengah )
Pengarang  : F. Yuce Anwar
Penerbit      : Ganeca Exact
Tebal Buku  : 100 halaman
I. SINOPSIS
Di pinggir Sungai Tuat, sebuah sungai kecil yang bermuara di Sungai Lamandau, ada sebuah desa bernama Desa Sungai Tuat, berdiri sebuah rumah yang ditinggali oleh sebuah keluarga sederhana, rumah itu milik seorang petani bernama Mas Bintang. Ia hidup bersama istrinya dan seorang anak gadisnya bernama Ni Intan Bintang. Ni Intan Bintang adalah kembang desa Sungai Tuat. Ia memiliki paras yang sangat cantik, selain itu ia juga gadis yang rajin. Oleh sebab itu banyak para pemuda di desa Sungai Tuat maupun di desa lain yang menaruh hati padanya.
Suatu hari, setelah mandi Ni Intan Bintang menyisir rambutnya, kemudian sang ibu datang, beliau memuji rambut Ni Intan Bintang bahwa rambutnya sangat indah. Namun sang ibu juga selalu mengingatkan kepada Ni Intan Bintang jika keramas jangan memakai campuran biji wijen dan jeruk nipis. Karena setiap akan keramas diperingatkan seperti itu, Ni Intan Bintang pun penasaran kemudian ia bertanya kepada ibunya, mengapa ia selalu dilarang keramas menggunakan campuran biji wijen dan jeruk nipis, padahal campuran biji wijen dan jeruk nipis justru membuat rambut berkilau dan mengusir ketombe. Akhirnya sang ibu pun bercerita bahwa itu adalah pantangan yang tidak boleh dilanggar, menurut cerita, dahulu pernah ada perjanjian antara makhluk bawah air dengan raja yang menguasai daerah sekitar Sungai Tuat. Saat putri sang raja mandi di sungai itu, sang putri keramas dengan campuran biji wijen dan jeruk nipis. LAGI

Contoh Teks Drama Singkat

 
08ec11e5bfcbf37d76693038293896cb
HIJAB
Oleh      : Nur Fitria Intan Utari
XI IPS 3 / 20

Di ruang tamu sebuah rumah. Seorang ibu sedang duduk sambil menjahit sebuah kain berwarna merah yang sudah mulai pudar warnanya.
Marni                    : ( berjalan dari dalam kamar menuju keluar dengan memakai pakaian rok ketat   sepaha dan baju tanpa lengan sambil memoleskan bedak diwajahnya tanpa memperhatikan sang ibu )
Ibu Midah           : ( Memperhatikan Marni dengan heran ) “ Mau kemana kamu Nduk? “
Marni                    : “ Bukan urusan Ibu “ (menjawab dengan terus memperhatikan cermin yang dibawanya tanpa menatap sang ibu sedikitpun ).
Ibu Midah           : “ Tapi ini kan sudah malam ? “.
Marni                    : “ Sudah ku bilang ini bukan urusan Ibu ! “ (menjawab dengan nada yang lebih tinggi )
Ibu Midah           : ( Bangkit dari kursi dan mendekati Marni ) “ Ini urusan Ibu Nduk! Tidak mungkin seorang ibu membiarkan anak perempuannya pergi malam-malam tanpa alasan yang jelas! “. LAGI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Profile

Berita Kampus